Rabu, 10 April 2013

[Review] Messy Spirituality by Michael Yaconelli

Judul : Messy Spirituality (Kerohanian yang Kacau)
Penulis : Michael Yaconelli
Penerjemah : Devi Sutarsi
Penerbit : Omid Publishing House
Tebal : 176 hlm


Pernahkah kita merasa bahwa kerohanian kita tidak bertumbuh, mandeg, kacau, bahkan berantakan? Semua itu biasanya ditandai dengan kurang tekunnya berdoa, tidak rajin membaca Alkitab, kurang bersaksi, mudah tersinggung, dll. Tentunya kita semua pernah merasakannya, betapapun kita telah mengikut Yesus sekian lama namun bukan mustahil jika suatu saat kita mengalami kondisi dimana kerohanian kita begitu kacau atau berantakan. Jika sudah begini kita biasanya merasa frustasi dan semakin tenggelam dalam kehidupan rohani yang kacau.

Namun jika ini terjadi bukan seharusnya kita semakin tenggelam dalam kerohanian yang kacau, justru disaat kerohanian kita berada dalam titik terendah inilah kita harus kembali pada kasihNya karena iman yang sejati itu dimulai dari sebuah pengakuan bahwa kita tidak akan pernah bisa mempraktekkan iman dan kerohanian kita secara utuh dan sempurna. Itulah yang dibahas oleh Mike Yaconelli dalam bukunya Messy Spirituality (Kerohanian yang Kacau)

Melalui buku ini penulis menyatakan bahwa kita mungkin sering menganggap bahwa  kehidupan rohani yang baik adalah bagaikan sebuah kompetisi dimana tujuan kita adalah  mencapai kerohanian yang sempurna. Tidak salah,  namun kadang apa yang kita kejar itu membuat kita justru kehilangan keintiman kita dengan Yesus, kita tidak lagi mencari Allah melainkan mengejar ambisi kita untuk menjadi sempurna 

"Kerohanian bukanlah tentang kompetisi melainkan keintiman. Kerohanian bukanlah tentang kesempurnaan melainkan tentang keterhubungan. Kehidupan rohani dimaulai saat kita memasuki kekacauan hidup. Menerima kenyataan bahwa kita lemah, memiliki kehidupan yang cacat merupakan awal dari kerohanian, bukan karena kerohanian akan menghapus kelemahan kita namun karena alih-alih mencari kesempurnaan kita kini mencari Allah, Dia yang hadir di tengah-tengah kekusutan hidup kita. Kerohanian bukanlah tentang memperbaiki (kerusakan kita) melainkan tentang Allah yang hadir di dalam kemelut ketidakberesan kita." (hlm22)

Buku ini juga memaparkan pada kita bahwa murid-murid Yesus juga pada dasarnya adalah orang-orang yang kacau dan tidak sempurna namun Yesus justra suka bersama mereka. Kenyataan ini tentunya menegaskan  bahwa Yesus tidak mencari orang-orang yang sempurna. Kadang kita terjebak dalam pemikiran bahwa kita harus menjadi sempurna sehingga pada akhirnya kerohanian kita hanyalah topeng dan penuh kepura-puraan. Dengan demikian kerohanian yang kacau adalah gambaran dari kekristenan yang dijalankan oleh sebagian besar kita namun hanya sedikit yang mengakuinya.

Penulis juga menyatakan bahwa kerohanian yang kacau menyingkap mitos kesempurnaan karena kerohanian yang kacau sebenarnya adalah pelatihan kerohanian yang sesungguhnya, tempat persemaian iman, tempat Yesus sejati bertemu dengan kita yang asli karena kerohanian bukanlah tentang kesempurnaan melainkan tentang memercayai Allah di dalam ketidaksempurnaan kita.

Pada intinya buku ini memberikan sudut pandang baru bagi kita untuk melihat kekacauan, kemandekan, atau ketidaktertiban yang kita alami. Kalaupun kita mengalami pertumbuhan rohani yang lamban, itu bukanlah sebuah kegagalan semata melainkan sebuah kesempatan untuk melibatkan Yesus dalam kekacauan kita.

Buku ini juga tampaknya mencoba meruntuhkan anggapan-anggapan salah soal kesempurnaan, pertumbuhan rohani, dll yang mungkin telah terpatri dalam benak kita sehingga kita terjebak dalam tuntutan persefeksionisme rohani.

Sebagai contoh, dalam hal pertumbuhan rohani mungkin tanpa disadari kita ingin bertumbuh dengan cepat seperti seorang pelari yang berlari cepat untuk mencapai garis finish. Jika demikian maka kita akan kehilangan makna dari sebuah pertumbuhan dan menganggap bahwa pertumbuhan rohani yang cepat adalah sebuah keharusan. Dalam hal ini penulis menyatakan dengan tegas bahwa yang menghambat pertumbuhan kita bukan hanya dosa, melainkan kecepatan

" Pertumbuhan rohani bukanlah berlari cepat, seperti misalnya rapat yang semakin banyak, pendalaman Alkitab yang semakin banyak, dan pertemuan doa yang semakin bertambah. Pertumbuhan rohani terjadi jika kita memperlambat kegiatan kita. Jika kita ingin bertemu dengan Yesus kita tidak bisa melakukannya sambil berlari... Kekristenan bukan tentang mengundang Yesus berlari dalam kehidupan bersama kita; melainkan menyadari Yesus sedang duduk di tempat peristirahatan

Dosa tidak selalu mengarahkan kita untuk mabuk-mabukan; dosa lebih sering membuat kita kelelahan. Keletihan sama melemahkannya dengan mabuk. Masalah pertumbuhan di dalam gereja modern bukanlah lambatnya pertumbuhan melainkan mengejar-ngejar pertumbuhan" (hlm 117-118)

Ada banyak hal lain yang dikupas dalam buku ini yang menyangkut kekacauan rohani. Pada akhirnya buku ini merupakan obat penawar atas tuntutan perfeksionisme atau kesempurnaan rohani di dalam diri kita. Dalam buku ini penulis memaparkan kebenaran yang memerdekaakan kita dari tekanan 'keharusan-keharusan' dan membuka mata kita untuk memahami kebenaran rohani tentang arti dikasihi, terlepas dari kegagalan dan hal-hal lainnya, oleh Allah yang berkenan menmui kita dan mengubah diri kita di tengah kekacauan dan ketidakpastian hidup.

Dalam buku ini juga tersedia pertanyaan-pertanyaan diskusi dari setiap bab-nya sehingga buku ini tidak hanya dapat dibaca dan direnungkansecara pribadi tapi juga cocok untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok kecil.

Tentang Penulis :

 Michael Yaconelli (1942-2003) adalah pemilik dan salah satu pendiri organisasi Youth Specialties dan penulis buku Dangerous Wonder. Ia telah melayani selama empat puluh tahun sebagai gembala jemaat dan pelayanan baik kalangan pelajar/mahasiswa.

Pada tahun 1980-90an, sebagai editor majalah Kristen The Winttenberg Door, Mike menentang dampak negatif tele-evangelisme yang berlebihan. Ia prihatin terhadap "injil palsu" yang dijual kepada orang-orang melalui layar televisi. Selama hampir 20 tahun Mike menggunakan majalah The Door sebagai kendaraan untuk membeberkan penyesatan dan pembodohan yang dilakukan atas nama Yesus.


@htanzil




Tidak ada komentar:

Posting Komentar